BAB
II
ISI
1.
Definisi
Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi
implantasi terjadi diluar endometrium
kavum uteri.
Kehamilan ektopik adalah implantasi
hasil konsepsi pada tempat di luar rongga uterus ( misalnya, di tuba fallopi,
ovarium, serviks, atau rongga peritoneum). (Barbara R Stright,cetakan
I:2005:244)
Kehamilan ektopik atau kehamilan
extrauterine ialah kehamilan yang dapat terjadi di luar rahim, misalnya dalam
tuba, ovarium atau rongga perut,tetapi dapat terjadi di dalam cervix, pars
interslitialis tubae atau dalam tanduk rudimenter rahim. (obstetric
patologi,hal :21)
Kehamilan
ektopik kombinasi ( combined ectopic pregnancy) adalah kehamilan intrauterine
yang terjadi pada waktu bersamaan dengan kehamilan ekstrauterine.
Kehamilan
ektopik rangkap ( compound ectopic pregnancy) adalah kehamilan intrauterine
dengan kehamilan ekstrauterine yang lebih dulu terjadi tapi janin sudah mati
dan terjadi litopedion.
Berdasarkan tempat implantasinnya, kehamilan ektopik
dapat dibagi dalam beberapa golongan :
·
Tuba Fallopii
·
Uterus
(diluar endometrium kavum uterus)
·
Ovarium
·
Intraligamenter
·
Abdominal
·
Kombinasi
kehamilan didalam dan diluar uterus
2. Etiologi
a. Faktor
dalam lumen tuba :
·
Endosalpingitis dapat menyebabkan
perlengketan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong
buntu
·
Lumen
tuba sempit dan berlekuk-lekuk yang dapat terjadi pada hipoplasia uteri. Hal
ini dapat disertai kelainan fungsi silia endosalping
·
Lumen
tuba sempit yang diakibatkan oleh operasi plastik tuba dan sterilisasi yang
tidak sempurna.
b. Faktor
pada dinding tuba :
·
Endometriosis tuba, dapat memudahkan
implantasi telur yang dibuahi dalam tuba
·
Divertikel
tuba kongenital atau ostium assesorius
tubae dapat menahan telur yang dibuahi ditempat itu.
c. Faktor
diluar dinding tuba :
·
Perlekatan
peritubal dengan distorsiatau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur
·
Tumor
yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
d.
Faktor lain :
·
Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari
ovum kanan ke tuba kiri- atau sebaliknya- dapat memperpanjang perjalanan telur
yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan
implantasi premature
·
Fertilisasi in vitro
3.
Manifestasi
klinis
·
Nyeri
perut
Gejala ini yang paling sering
dijumpai dan terdapat pada hampir semua penderita. Nyeri perut ini datang
setelah mengangkat berat,buang air besar tapi kadang kadang juga waktu pasien
sedang beristirahat. Gejala ini berhubungan dengan apakah kehamilan ektopik
sudah ruptur.
·
Shock
karena hypovolaemia
(obstetri William international
edition, hal: 890)
·
Amenorhoe
·
Perdarahan
pervaginam
Dengan matinya telur desidua
mengalami degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan
ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan
pikiran kita ke abortus yang biasa
·
Nyeri
bahu dan leher Karen perangsangan digfragma
·
Nyeri pada palpasi
Perut pendeita biasanya tegang dan
agak gembung, ada tanda – tanda perdarahan intra abdominal(shifting dullness).
·
Tanda
– tanda akut abdomen : nyeri tekan yang hebat (defance musculair), muntah,
gelisah, pucat, anemis, nadi kecil dan halus, tensi rendah atau tidak terukur
(syok).
·
Tanda
Cullen : sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam.
·
Pada pemeriksaan dalam :
-
Adanya
nyeri ayun: dengan menggerakkan porsio dan serviks ibu akan merasa sakit yang
sangat
-
Douglas
crise : rasa nyeri hebat pada penekanan kavum douglasi
-
Kavum
douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya darah, begitu pula teraba masa
retrouterin (masa pelvis)
4.
Patofisologi
Kebanyakan dari kehamilan ektopik berlokasi di tuba
fallopii. Tempat yang paling umum terjadi adalah pada pars ampullaris, sekitar
80 %. Kemudian berturut-turut adalah isthmus (12%), fimbriae (5%), dan bagian
kornu dan daerah intersisial tuba (2%), dan seperti yang disebut pada bagian
diatas, kehamilan ektopik non tuba sangat jarang. Kehamilan pada daerah
intersisial sering berhubungan dengan kesakitan yang berat, karena baru
mengeluarkan gejala yang muncul lebih lama dari tipe yang lain, dan sulit di
diagnosis, dan biasanya menghasilkan perdarahan yang sangat banyak bila terjadi
rupture.
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba
pada dasarnya sama dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara
kolumner atau interkolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung
atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh
kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan diresorbsi.
Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping.
Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh
lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena
pembentukan desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang-kadang tidak tampak,
dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk dalam lapisan
otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin
selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi,
tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi
trofoblas.
Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari
korpus luteum gravidatis dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, dan
endometrium dapat pula berubah menjadi desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan
pada endometrium yang disebut fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan
intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk tidak teratur.
Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa, dan kadang-kadang ditemukan
mitosis. Perubahan ini hanya terjadi pada sebagian kehamilan ektopik.
Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada
kehamilan ektopik dalam tuba. Karena tuba bukan merupakan tempat yang baik
untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin dapat tumbuh secara utuh
seperti di uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan
antara 6 minggu sampai 10 minggu.
5. Komplikasi
Pada pengobatan
konsevatif yaitu bila ruptur tuba telah lama berlangsung 9 4-6 minggu ) terjadi
perdarahan ulang ( recurrent bleeding )
ini merupakan indikasi operasi.
ü Infeksi
ü Sub ileus
karena masaa pelvis
ü sterilitas
6. Pemeriksaan penunjang
Berikut ini
merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnsosi kehamilan ektopik :
1. HCG-β
Pengukuran
subunit beta dari HCG (Human Chorionic Gonadotropin-Beta) merupakan tes
laboratorium terpenting dalam diagnosis. Pemeriksaan ini dapat membedakan
antara kehamilan intrauterine dengan kehamilan ektopik
2. Kuldosintesis
Tindakan
kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya yang diisap berwarna hitam (darah
tua) biarpun sedikit, membuktikan adanya darah di kavum Douglasi
3. Dilatasi dan Kuretase
Biasanya
kuretase dilakukan setelah amenore terjadi perdarahan yang cukup lama tanpa
menemukan kelainan yang nyata disamping uterus.
4. Laparaskopi
Laparaskopi
hanya digunakan sebagi alat bantu diagnosis terakhir apabila hasil – hasil
penilaian prosedur diagnotik lain untuk kehamilan ektopik terganngu meragukan. Namun beberpa
dekade terakhir alat ini juga dipakai untuk terapi.
5. Ultrasonografi
6. Keunggulan cara pemeriksaan ini
terhadap laporaskopi ialah tidak invasive, artinya tidak perlu memasukkan
rongga kedalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi,
tebal endometrium, adanya massa dikanan kiri uterus dan apakah kavum Douglas
berisi cairan.
7. Tes Oksitosin
8. Pemberian oksitosin dalam dosis
kecil intravena dapat membuktikan adanya kehamilan ektopik lanjut. Dengan
pemerikasaan bimanual, diluar kantong janin dapat diraba suatu tumor.
9. Foto Rontgen
Tampak
kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa. Pada foto
lateral tampak bagian- bagian janin menutupi vertebra ibu.
10. Histerosalpingografi
Memberikan
gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan janin diluar
uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik terganggu
sudah dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI (Magnetic Resonance
Imagine). Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan
vagina abnormal, dan amenore.
7. Penanganan
·
Penderita
yang disangka KET harus segera dirawat inap dirumah sakit untuk
penanggulanggannya
·
Bila
wanita dalam keadaan syok perbaiki keadaan umumnya dengan pemberian cairan yang
cukup ( dekstrose 5%, glukosa 5%, garam fisiologis) dan transfusi darah.
·
Setelah
didiagnosis jeals atau sangat disangka
KET dan keadaan umum baik atau lumayan, segera lakukan laparatomi untuk
menghilangkan sumber perdarahan ; dicari,diklem dan dieksisi sebersih mungkin (
salpingektomi ) kemudian diikat sebaik-baiknya.
·
Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin
supaya penyembuhan lebih cepat
·
Berikan antibiotika sesuai indikasi dan obat anti
inflamasi
8.
Pengkajian
·
Pengkajian
a.
Identitas
Pasien
b.
Alasan
Dirawat
c.
Keluhan
utama : mual, muntah, nyeri abdomen
d.
Riwayat
penyakit
-
menanyakan
penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya
-
menanyakan
penyakit yang sedang dialami sekarang
-
menanyakan
apakah pasien pernah menjalani operasi
e.
Riwayat
keluarga
-
menanyakan
apakah di keluarga pasien ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular
kronis
-
menanyakan
apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya ada yang memiliki penyakit
keturunan
-
menanyakan
apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya pernah melahirkan atau hamil anak
kembar dengan komplikasi.
f.
Riwayat
obstetrik
-
menanyakan
siklus menstruasi apakah teratur atau tidak
-
menanyakan
berapa kali ibu itu hamil
-
menanyakan
berapa lama setelah anak dilahirkan dapat menstruasi dan berapa banyak
pengeluaran lochea
-
menanyakan
jika datang menstruasi terasa sakit
-
menanyakan
apakah pasien pernah mengalami abortus
-
menanyakan
apakah di kehamilan sebelumnya pernah mengalami kelainan
-
menanyakan
apakah anak sakit panas setelah dilahirkan
-
menanyakan
apakah pasien menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim
g.
Data
Bio-Psiko-Sosial-Spiritual (Data Fokus)
·
Makan
minum
tanda : nafsu makan menurun (anoreksia), mual muntah, mukosa
bibir kering, pucat.
·
Eliminasi
tanda
: konstipasi, nyeri saat BABàBABSering kencingàBAK
3. Aktivitas
tanda : nyeri perut saat mengangkat benda berat, terlihat oedema pada ekstremitas bawah (tungkai kaki)
3. Aktivitas
tanda : nyeri perut saat mengangkat benda berat, terlihat oedema pada ekstremitas bawah (tungkai kaki)
h.
Pemeriksaan
Umum
1. Inspeksi
• terlihat tanda cullen yaitu sekitar pusat atau linia alba kelihatan biru, hitam dan lebam
• terlihat gelisah, pucat, anemi, nadi kecil, tensi rendah
2. Pada palpasi perut dan perkusi
• terdapat tanda-tanda perdarahan intra abdominal (shifting dullness)
• nyeri tekan hebat pada abdomen
• Douglas crisp: rasa nyeri hebat pada penekanan kavum Douglasi
• Kavum douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya darah.
• Teraba massa retrouterin (massa pelvis)
3. Nyeri bahu karena perangsangan diafragma
4. Nyeri ayun saat menggerakkan porsio dan servik ibu akan sangat sakit
1. Inspeksi
• terlihat tanda cullen yaitu sekitar pusat atau linia alba kelihatan biru, hitam dan lebam
• terlihat gelisah, pucat, anemi, nadi kecil, tensi rendah
2. Pada palpasi perut dan perkusi
• terdapat tanda-tanda perdarahan intra abdominal (shifting dullness)
• nyeri tekan hebat pada abdomen
• Douglas crisp: rasa nyeri hebat pada penekanan kavum Douglasi
• Kavum douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya darah.
• Teraba massa retrouterin (massa pelvis)
3. Nyeri bahu karena perangsangan diafragma
4. Nyeri ayun saat menggerakkan porsio dan servik ibu akan sangat sakit
i.
Pemeriksaan
Diagnostic
1. Pemeriksaan laboratorium
• pemeriksaan Hb setiap satu jam menunjukkan penurunan kadar Hb
• timbul anemia bila telah lewat beberapa waktu
• leukositosis ringan ( < 15000)
2. Pemeriksaan tes kehamilan
• tes baru yang lebih sensitive berguna karena lebih mungkin positif pada kadar HCG yang lebih rendah
3. Pemeriksaan kuldosintesis
• untuk mengetahui adakah darah dalam kavum douglasi
• untuk memastikan perdarahan intraperitonial dan dapat memberikan hasil negative palsu atau positif palsu
4. Diagnostic laparoskopi
• untuk mendiagnosis penyakit pada organ pelvis termasuk kehamilan ektopik
5. Ultra sonografi (USG)
• untuk mendiagnosis kehamilan tuba dimana jika kantong ketuban bisa terlihat dengan jelas dalam kavum uteri maka kemungkinan kehamilan ektopik terjadi
1. Pemeriksaan laboratorium
• pemeriksaan Hb setiap satu jam menunjukkan penurunan kadar Hb
• timbul anemia bila telah lewat beberapa waktu
• leukositosis ringan ( < 15000)
2. Pemeriksaan tes kehamilan
• tes baru yang lebih sensitive berguna karena lebih mungkin positif pada kadar HCG yang lebih rendah
3. Pemeriksaan kuldosintesis
• untuk mengetahui adakah darah dalam kavum douglasi
• untuk memastikan perdarahan intraperitonial dan dapat memberikan hasil negative palsu atau positif palsu
4. Diagnostic laparoskopi
• untuk mendiagnosis penyakit pada organ pelvis termasuk kehamilan ektopik
5. Ultra sonografi (USG)
• untuk mendiagnosis kehamilan tuba dimana jika kantong ketuban bisa terlihat dengan jelas dalam kavum uteri maka kemungkinan kehamilan ektopik terjadi
6.
Diagnostic kolpotomi
• infeksi langsung tuba fallopi dan ovarium. Prosedur ini tidak dilakukan lagi karena hasil kurang memuaskan
7. Diagnostic kuretase
• pembedahan antara abortus iminens atau inkomplitus pada kehamilan intrauteri dengan kehamilan tuba. Ditemukannya desidua saja dalam hasil kuret uterus yang menunjukan kehamilan ekstrauteri.
• infeksi langsung tuba fallopi dan ovarium. Prosedur ini tidak dilakukan lagi karena hasil kurang memuaskan
7. Diagnostic kuretase
• pembedahan antara abortus iminens atau inkomplitus pada kehamilan intrauteri dengan kehamilan tuba. Ditemukannya desidua saja dalam hasil kuret uterus yang menunjukan kehamilan ekstrauteri.
9. Diagnosa keprawatan yang mungkin
muncul
·
Nyeri
akut b.d ruptur tuba fallopi
·
Kekurangan
volume cairan b.d ruptur kehamilan ektopik
·
Proses berduka berhubungan dengan
kehilangan kehamilan
·
Resiko
infeksi b.d perdarahan dan luka insisi.
10. Intervensi
·
Dx
1
Intervensi
-
Kaji rasa nyeri klien, meliputi sifat,
lokasi, dan durasi
-
Kaji
respon emosional klien
-
Beri lingkungan yang nyaman dan tenang,
serta ajarkan aktivitas untuk mengalihkan rasa nyeri dengan menggunakan metode
relaksasi (napas dalam, visualisasi,dan distrkasi)
-
Kolaborasi
pemberian analgetik seperti sedativ atau opioid
·
Dx
2
Intervensi
-
Evaluasi, catat dan laporkan jumlah
serta sifat kehilangan darah
-
Lakukan tirah baring. Instruksikan
klien untuk menghindari calsava maneuver dan coitus
-
Posisikan
klien telentang dengan panggul ditinggikan
-
Catat
TTV, capillary refill, warna kulit dan suhu tubuh
·
Dx
3
Intervensi
-
Diskusi
situasi dan pemahaman tentang kondisi kesehatan dengan klien dan pasangan
-
Pantau respon verbal dan nonverbal
klien dan pasangan
·
Dx
4
Intervensi
-
Kaji dan pantau TTV terutama suhu
-
Kaji
tanda – tanda infeksi
-
Kaji derajat luka, daerah luka, cairan
yang diluka
-
Lakukan perawatan luka dengan benar 2
kali sehari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar