BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Definisi
Retensio
plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setangah jam setelah janin lahir(Winkjosastro,
2010 ).
Retensio
plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam.
Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian
plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan
segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan
ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta,
plasenta perkreta. (Manuaba (2006:176).
Berdasarkan pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta ialah plasenta yang belum
lahir dalam setengah jam setelah janin lahir, keadaan ini dapat diikuti
perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas
sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera.
Jenis-jenis retensio
plasenta:
a) Plasenta Adhesive :
Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan
mekanisme separasi fisiologis
b) Plasenta Akreta :
Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium.
c) Plasenta Inkreta :
Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai
lapisan serosa dinding uterus.
d) Plasenta Prekreta :
Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan serosa dinding uterus
hingga ke peritonium
e) Plasenta
Inkarserata : Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri disebabkan oleh
konstriksi ostium uteri. (Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
2002:178).
Perdarahan hanya terjadi
pada plasenta yang sebagian atau seluruhnya telah lepas dari dinding rahim.
Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung luasnya bagian plasenta yang telah
lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui periksa dalam atau tarikan pada tali
pusat dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas atau belum dan bila lebih
dari 30 menit maka kita dapat melakukan plasenta manual.
Retensio plasenta (Placental
Retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah
janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya
bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum
dini (Early Postpartum Hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (Late
Postpartum Hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca
persalinan.
B. Prognosis
Tergantung penanganan
perdarahan.
C. Etiologi atau Penyebab
Menurut Wiknjosastro (2007) sebab
retensio plasenta dibagi menjadi 2 golongan ialah sebab fungsional dan
sebab patologi anatomik.
1.
Sebab fungsional
a) His yang kurang kuat
(sebab utama)
b) Tempat melekatnya yang
kurang menguntungkan (contoh : di sudut tuba)
c) Ukuran plasenta terlalu
kecil
d) Lingkaran kontriksi pada
bagian bawah perut
2. Sebab
patologi anatomik (perlekatan plasenta yang abnormal)
Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih
dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
a. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih
dalam.
b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus
desidua endometrium sampai ke miometrium.
c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke
serosa.
d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau
peritoneum dinding rahim.
D.
Tanda Dan Gejala
Gejala
|
Akreta parsial
|
Inkarserata
|
Akreta
|
Konsistensi uterus
|
Kenyal
|
Keras
|
Cukup
|
Tinggi fundus
|
Sepusat
|
2 jari bawah pusat
|
Sepusat
|
Bentuk uterus
|
Discoid
|
Agak globuler
|
Discoid
|
Perdarahan
|
Sedang – banyak
|
Sedang
|
Sedikit / tidak ada
|
Tali pusat
|
Terjulur sebagian
|
Terjulur
|
Tidak terjulur
|
Ostium uteri
|
Terbuka
|
Konstriksi
|
Terbuka
|
Pelepasan plasenta
|
Lepas sebagian
|
Sudah lepas
|
Melekat seluruhnya
|
Syok
|
Sering
|
Jarang
|
Jarang sekali, kecuali akibat
inversion oleh tarikan kuat pada tali pusat
|
E. Akibat
Dapat menimbulkan bahaya perdarahan,
infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi
placenta
inkarserata, dapat terjadi polip placenta dan terjadi degenarasi ganas korio karsinoma.
F. Penanganan dan Terapi
Untuk memperkecil komplikasi dapat
dilakukan tindakan profilaksis dengan :
a. Memberikan uterotonika IV atau IM
a. Memberikan uterotonika IV atau IM
b. Memasang tamponade
uterovaginal
c. Memberikan antibiotic
d. Memasang infuse dan
persiapan transfuse darah
Placenta manual merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio
placenta yang dilakukan secra manual ( menggunakan tangan ) dari tempat implantasinya
dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri.
Penanganan dengan cara Manual Plasenta:
a) Pemasangan cairan infuse → Tujuannya
untuk menambah cairan / tenaga ibu
b) Menjelaskan kepada ibu tentang
prosedur dan tujuan tindakan
c) Siapkan alat
d) Cuci tangan
e) Mengosongkan kandung kemih → Jika
ibu tidak mampu berkemih sendiri, lakukan pemasangan kateter
f) Jepit tali pusat dengan klem pada
jarak 5-10 Cm dari vulva, tegangkan dengan 1 tangan sejajar dengan lantai
g) Masukkan tangan ke dalam kavum uteri
secar obstetric dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
h) Satelah mencapai bukaan serviks, minta asisten untuk
menegangkan klem tali pusat kemudian
pindahkan tangan luar untuk menahan fundus
i) Sambil menahan fundus, masukkan tangan hingga ke kavum uteri
sampai mencapai tempat implantasi placenta
j) Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti member
salam
k) Tentukan implantasi placenta, temukan tepi placenta paling
bawah
→ Bila placenta berimplantasi di korpus
belakang, tali pusat tetap di sebelah atas dan sisipkan ujung jari diantara placenta dan dinding
uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawa
→ Bila di korpus depan maka pindahkan tangan
ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan ujung jari tangan diantara placenta dan
dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas
l) Setelah ujung jari masuk diantara placenta dan dinding
uterus maka perluas
→ Pelepasan placenta
dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan keatas hingga
semua pelekatan placenta terlepas dari dinding uterus.
m) Sementara
1 tangan masih di dalam kavum uteri, lakuakn eksplorasi untuk menilai tidak ada
sisa placenta yang tertinggal
n) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra symfisis kemudian
minta asisten untk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa placenta
keluar
o) Lakukan penekanan uterus, kea rah dorso cranial setelah
placenta di lahirkan dan tempatkan placenta di dalam wadah yang disediakan
p) Periksa kembali tanda vital ibu
q) Beri tahu ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai
tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan
r) Lakukan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan
s) Segera setelah placenta lahir, lakukan masase fundus uteri
t) Jika uterus tidak berkontraksi dalam
waktu 15 detik, lakukan KBI, KBE, KBA
ASUHAN
KEBIDANAN PADA POST PLACENTA MANUAL
- Observasi kontraksi uterus setiap 15 menit pada 1 jam pertama. Pada jam kedua setiap 30 menit.
- Observasi TD dan nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama. Pada jam kedua setiap 30 menit.
- Observasi suhu setiap 1 jam.
- Observasi TFU, UC dan kandung kemih setiap 15 menit pada 1 jam pertama. Pada jam kedua setiap 30 menit.
- Observasi perdarahan.
- Pemenuhan kebutuhan cairan dengan RL
- Pemenuhan kebutuhan nutrisi
- Pemberian terapi obat terutama antibiotik , analgesik
- Pemberian tablet Fe
- Pemberian vit A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar