Selasa, 25 Juni 2013

Satu Tahun Satu Bulan Tepat di Satu Minggu Kepergianmu

   Hari berganti hari, kamu tetap menjadi sosok yang setiap detiknya menghantuiku, masih menjadi penunggu dalam fikiran dan hati ini, menguji imanku dan menyita smua perhatianku. Aku merasa perpisahan ini hanya sebuah mimpi, dimana aku masih tertidur sangat panjang, dan di dalamnya aku sebagai penonton yang sedang menyaksikan drama kisah cinta yang tak direstui oleh orangtuanya, ini bukan kenyataan, bukan kenyataan !! Tapi smua tidak sesuai dengan keinginanku. Wake up, Ini kenyataan ! Aku dan Kamu telah dijauhkan satu sama lain.
     Hari ini adalah 1 tahun 1 bulanan kita, jika kita masih tetap bersama. Tapi pada kenyataannya dihari ini tepat satu minggu kita berpisah. Hari ini teringat smuanya, satu persatu aku review kenangan kita. Mulai dari awal perkenalan kita sampai saat dimana aku harus merelakan apa yang tak harus aku relakan. Satu persatu kenangan itu menusuk-nusuk fikiranku dan mulai menghujam hati ini.
    Aku benci harus mengakui ini, satu minggu masih belum cukup waktu untuk melupakanmu, melupakan semua kenangan kita. Semakin aku berusaha, semakin kuat melekat didalam fikiranku. Aku tak menemukan titik temu untuk melupakanmu. Kamu masih menjadi tokoh utama dari setiap inci cerita kehidupanku. Masih menjadi segalanya, masih berdiam dalam kepala dan bersemayam di hati. Mungkin ini sedikit terlihat bodoh. Dan mungkin disana kamu akan berkata bahwa sikapku ini terlalu berlebihan dan bahkan mungkin kamu akan menertawakan segala kejujuranku ini. Dan kini, aku masih menangisi juga menyesali yang sempat terjadi. Mengapa semua harus berakhir sesakit ini? Kenapa bisa kamu yang slalu meyakinkan aku sekarang menyakiti aku? Apa tujuanmu menyakitiku, padahal dulu kita mulai semua dengan indah? Aku tak lagi tau kabarmu. Aku tak tau sedang berbuat apa kamu disana. Segala ketidaktauanku ini mengantarkan perasaanku pada rindu yang semakin hari semakin berontak, yang meminta pertemuan nyata. Yang memaksa dua orang yang berjauahan untuk kembali saling berdekatan. Aku masih ingin bersamamu, tetap bersamamu !
   Jika aku berada disampingmu sekarang, ingin rasanya aku mengulang segalanya. Mengulang smua cerita indah bersamamu. Ingin ku putar waktu sesukaku, agar yang hadir dalam setiap detikku hanyalah kamu, kita, dan kebahagiaan tanpa air mata. Ingin aku hentikan detak jarum jam agar kau tak bisa membuat tubuhku dingin dan menggigil saat menghadapi perpisahan, agar tak bisa merubah perasaan tentang cinta kita, mimpi, dan tak bisa menghancurkan harapan-harapan yang dulu ingin kita wujudkan berdua.
     Kembali, melupakan dan merelakan merupakan dua hal yang tidak bisa aku pisahkan. Melupakan adalah hal yang tak akan pernah mudah, begitu juga dengan merelakan yang pernah ada menjadi tidak ada merupakan kerumitan yang aku tidak ingin merasakannya. Aku lelah dihajar kenangan. Di otakku kamu tak pernah hilang, sedetik pun. Satu tahun mungkin bukan waktu yang singkat dan bukan juga waktu yang terlalu lama. Tapi dalam setahun itu begitu banyak kenangan yang kita ukir berdua, harapan-harapan yang ingin kita wujudkan berdua. Sampai sekarang, aku tidak pernah mengerti mengapa aku yang tidak mudah untuk tergoda malah dengan mudah begitu saja terjebak dalam perhatian dan perlakuanmu yang lembut, selembut ketika kamu berbisik tentang cinta. Kini kamu seperti sangat luar biasa dimataku, dulu dan sekarang masih tetap sama.
      Aku tau, aku tak punya hak untuk memintamu kembali, juga tak mempunyai wewenang untuk memintamu segera pulang tuk tetap tinggal bersama. Masih adakah yang perlu ku paksakan jika bagimu aku tak pernah jadi tujuan? Tidak munafik aku merasa kehilangan. Dulu aku terbiasa dengan candaan dan perhatian kecilmu, namun segalanya tiba-tiba hilang menguap, bagai asap rokok yang hilang ditelan malam. Ini bukan salahmu, tapi tak mungkin matamu terlalu buta dan hatimu terlalu cacat untuk tahu bahwa aku mencintaimu. Aku harus belajar tak peduli, aku harus belajar merelakan, juga melupakan. Tapi aku akui ini begitu sulit, sulit, sangat sangat sulit.
      Sekarang kita sangat jauh berbeda. Perbedaan yang berulang kali berusaha ku pahami, tapi tak kunjung ku mengerti. Bisakah kau mengajarkanku dengan mudah melewatinya? Agar aku bisa menerima, mengikhlaskan, melupakan dan bisa merelakan dengan sangat gampang. Bisakah kau membantuku untuk memudahkan segalanya? Seperti kamu yang dengan mudah berkata kepadaku “Sayang jangan terlalu sedih ya dengan smua ini, hidup masih panjang, mungkin Tuhan mempertemukan kita bukan untuk saling memiliki”. Kamu yang dengan mudah berkata seperti itu. Membuat aku berfikir, benarkah smua bisikan cinta yang dulu kamu bisikan dengan lembut dan smua kata-katamu yang slalu meyakinkanku untuk mempercayai perkataanmu itu hanyalah bualanmu semata? Mengapa aku terlalu bodoh untuk membaca hal itu tidak dari awal? Mengapa mataku terlanjur buta dan telingaku menjadi tuli? Jadi yang kulihat dan kudengar selama ini hanya bisikan harapan yang sebenarnya sungguh tak akan menjadi kenyataan.
      Berhenti menyiksa aku dengan smua kenangan dan rindu ini, atau mungkinkah aku yang menyiksa diriku sendiri yang tak mampu melupakanmu? Aku yang sering merindukanmu, tersiksa dengan angan sendiri mengiris hati dengan kemauan sendiri. Aku akui dengan terpaksa bahwa aku masih mencintaimu dan berharap kamu kembali, walaupun hanya untuk menenangkanku bahwa smuanya akan baik-baik saja. Seminggu bukan waktu yang cukup untuk melupakanmu :’(
Sungguh !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar